Hal itu membersitkan sebuah ide untuk merombak nya dengan ilustrasi yang lebih representatif atau setidak-tidaknya memiliki makna yang jelas dibanding goresan-goresan digital asal di software CorelDRAW.
Dengan berbekal satu pak crayon Pentel dan pensil warna Faber-Castell, juga sebuah scanner di warnet terdekat yang memaksa saya membayar 2500/halaman scan, jadilah sebuah banner baru seperti yang kalian lihat di bagian atas blogpage "The Nameless Moment" ini.
Dengan berbekal satu pak crayon Pentel dan pensil warna Faber-Castell, juga sebuah scanner di warnet terdekat yang memaksa saya membayar 2500/halaman scan, jadilah sebuah banner baru seperti yang kalian lihat di bagian atas blogpage "The Nameless Moment" ini.
Sebuah ilustrasi analogis atas hal yang tengah meracuni pikiran banyak masyarakat secara perlahan namun membinasakan, yaitu penyangkalan sekaligus penistaan terhadap Tuhan.
Saya tidak tahu apa yang saya pikirkan ketika membuatnya; Palestina, Israel, susahnya berurusan dengan polisi, mendambakan sebotol Kratingdaeng dingin, kaki kesemutan, semuanya mungkin dijadikan sebagai inspirasi. Tapi toh apapun itu, saya tidak begitu menaruh peduli. Biarlah skenario ciptaan Tata Dunia Baru ini berjalan sebagaimana mestinya hingga semua pemainnya merasa bosan ketika sudah berada di puncak. Seperti pernikahan yang berakhir dengan perceraian, kelahiran dan kematian, prolog dan epilog, juga makanan dan piring kotor.
Ah, saya jadi ngelantur ke mana-mana karena ulah si piramida biru itu. Si Piramida Biru, ngomong-ngomong, terdengar seperti slogan sebuah kompor yang berbintang iklan Ikke Nurjanah.
weww keren th layout blog lo yan.tumben gmbr lo keren.hahaha.
ReplyDeletehahaha kurang ajar lu.
ReplyDelete