Saturday, January 24, 2009

Obama is The New Osama

Saya mungkin bukan satu-satunya orang Indonesia yang dengan bangganya mendukung Obama dalam usahanya meraih kursi presiden di negara adidaya penganiaya, Amerika Serikat. Saat saya mengatakan “aniaya”, tentu saja itu dimaksudkan bagi orang-orang yang menduduki kursi pemerintahannya. Yahh, tidak semua “orang Amerika” seperti itu – mungkin - , toh sebutan itu hanya masalah kewarganegaraan saja.

Euforia masyarakat Indonesia terhadap dirinya sudah terlihat sejak awal tahun 2008. Buku-buku seputar Obama mulai bermunculan di pasar, dengan judul-judul yang sangat kental akan nuansa ameliorasi. Katakanlah Obama itu penyelamat, pembawa perubahan, sinyo hitam dari Indonesia, pahlawan kaum Demokrat, dan lain lain sebagainya. Saya agak sangsi sejak awal dengan buku-buku ini. Heran dengan kemunculannya yang terkesan sangat oportunis tapi di sisi lain terlihat begitu terencana. Mayoritas dari para penulis buku tersebut menaruh harapan besar padanya dan tidak lupa mencantumkan Indonesia yang “katanya” berpengaruh besar terhadap sikap politik Obama.

Ah bullshit. Saya harap buku-buku tersebut tidak terpampang di rak buku kalian.

Barack HUSEIN Obama.

Ketika Amerika sedang gencar-gencarnya membombardir kawasan Timur Tengah tanpa alasan yang jelas, muncul seorang figur di dunia politik dengan nama tengah HUSEIN yang DICALONKAN sebagai seorang presiden oleh partai Demokrat. Benarkah para lakon sandiwara politik di sana sebodoh itu ?. Saya, yang tidak begitu banyak mengerti ihwal ilmu sosial dan politik, masih cukup waras untuk menilai tindakan itu sebagai suatu kebodohan besar. ‘Timur Tengah’ adalah suatu frase yang sensitif di telinga warga Amerika dan itulah sebab utama McCain menyebut Obama dengan sebutan “this little Husein” sebagai upaya mengingatkan mereka atas tragedi 9/11. Pasti ada sesuatu yang disiapkan di balik ini. Mungkin. Saat itu saya masih belum tahu.

Si sinyo hitam ini, kemudian diberi predikat atau lebih tepatnya brand image pembawa perubahan oleh para simpatisannya. Berbagai pujian dilancarkan pada tiap gerak-geriknya : cara dia berdebat, program-program yang dia buat, dan pidato yang selalu bisa membuat pendengarnya menangis. Semua itu entah bagaimana menjalar hingga ke bumi pertiwi, Indonesia, dengan segala degradasi informasi di setiap jengkalnya. Segala kritikan tentang Obama mengendap di lautan, sedangkan semua sanjungan tentang dia mengembang dan meledak seperti balon yang kepanasan.

Kondisi seperti ini lantas menguntungkan pihaknya yang kemudian mengantarkan dia sebagai orang nomer satu di Amerika. 20 Januari kemarin dia resmi dilantik sebagai President of the United States of America.

Memang seperti balon. Kita terus meniupnya hingga besar agar ia bisa mengembang dan terbang di udara, tapi kemudian meledak di saat kita memberi terlalu banyak udara. Ledakan itu lantas menghasilkan suara bising yang tidak kita harapkan. Kebahagiaan dan keceriaan itu lalu hilang begitu saja.

Obama tempat banyak orang menaruh harapan, dengan mudahnya mematahkan hati banyak orang di dunia, baru beberapa hari setelah ia dilantik.

“Komitmen Amerika adalah melindungi Israel. Dari berbagai ancaman, termasuk salah satunya serangan roket dari Hamas ke Israel yang menewaskan banyak penduduk sipil yang tidak bersalah.”

Haha. Dia pasti sudah gila.

Di kesempatan lain, saat Obama berkunjung ke Tel Aviv,Israel, dia berkata : “Seandainya rumah saya dibombardir oleh roket, saya pasti melakukan hal yang sama (terhadap Palestina).”

Haha, lagi-lagi saya tertawa. Dia dengan mudahnya berbicara tentang masalah balas dendam dan menahbiskan apa yang disebut dengan hukum internasional, arbitrasi, mediasi, toleransi, dan apalah itu segala tetek bengek yang mengatur tentang perdamaian dunia.

Sebenarnya ini bukan merupakan kejutan, karena sejak terjadinya agresi militer Israel ke Gaza, Palestina, Obama tidak pernah mengatakan sedikit pun hal tentang peristiwa ini. Bahkan di pidato kenegaraannya pun tidak. Tidak heran bila McCain menyalami dia dengan tersenyum saat McCain dinyatakan kalah dalam Pemilihan Umum. Toh, siapapun presidennya, Amerika akan tetap berada pada jalur yang sama : membantai kawasan Timur Tengah.

Oh, seharusnya sejak awal saya dan banyak orang sadar bahwa Obama adalah boneka yang telah dipersiapkan oleh kaum Zionis untuk mewujudkan misi mereka, yaitu menghasilkan tata dunia baru yang berada di bawah kendali umat Yahudi.

There’s no white America, no black America, there’s just us : The United States of America.

Well, yes you are, Obama. Whoever the president is, America wouldn’t be less or more than how it was.

2 comments:

  1. setujuuuuu..
    saya jg berpkir kalau obama hanya jd budak amerika untuk melancarkan misi rahasianya bersama israel.

    ReplyDelete
  2. iya. seperti budak budak cinta amad dhani. apalagi

    ReplyDelete

komentar kalian sangat membantu untuk mengkoreksi kesalahan yang ada dalam tulisan sebelumnya. atau juga bisa jadi bahan kesombongan saya kalau-kalau komentarnya berisi pujian. hahaha.
thank you, anyway. :D