Saturday, January 24, 2009

Pintu Terlarang


Saya membaca novel karya Sekar Ayu Asmara ini sekitar tahun 2004. Atau 2005 ya. Mungkin di saat saya masih SMP. Hasil pinjaman dari seorang teman yang kemudian mengendap di kamar tidur saya dan baru saya kembalikan sekitar satu tahun setelah saya pinjam. Kalau itu saya ingat benar. Haha.

Di tengah animo anak SMP-SMA terhadap Harry Potter, Lord of the Rings, juga teenlit, novel ini muncul membawa tema yang masih jarang diungkap dalam sebuah karya sastra, khususnya di Indonesia, yaitu schizophrenia.

Sekarang muncul versi layar lebar dari novel ini dengan judul yang sama. Kabarnya film ini adalah sebuah karya yang wajib ditonton di tahun 2009. Penasaran, saya lalu mengajak Ratna untuk menyaksikan film ini tepat di hari pertama pemutarannya.

Film karya Joko Anwar ini jauh melebihi kapasitas film Indonesia pada umumnya yang banyak bermain di area horror, komedi seks yang tidak lucu -bahkan juga tidak seksi-, serta percintaan ala Timur Tengah. Namun bila dibandingkan dengan novelnya, film ini masih jauh dari harapan. Apa yang dikatakan Joko Anwar bahwa film adaptasi harus memiliki added value ternyata sama sekali nihil. Saya tidak melihat nilai tambah dari film ini dibanding novelnya. Keberadaan gimmick komunitas rahasia Herosase bahkan tidak mampu mengangkat pandangan saya akan film ini. Akhir ceritanya pun tidak jelas. Dan itu diperburuk dengan dialog antara Pusparanti dan penjaga RSJ pada bagian akhir yang terlihat sangat dipaksakan, yang mungkin dianggap Joko Anwar sebagai suatu langkah untuk menyiasati ending yang tidak jelas tersebut.

Saya kira Joko Anwar tidak perlu berbangga hati perihal tindakan dia menulis script setelah mendiamkan novel ini tiga minggu sejak tamat membacanya. Toh seharusnya, film adaptasi setidak-tidaknya menjadi jawaban rasa penasaran pembaca terhadap bentuk visual dari apa yang terjadi dalam novel tersebut. Bukan sebaliknya, di mana bentuk egoisme yang dikemas dalam istilah “added value” itu menjadi sesuatu yang akhirnya malah membingungkan penonton.


Pintu Terlarang

Storyline : 6/10

Cast : 6/10

Ending : 4/10

Overall : 5/10

Keunggulan : Sinematografi, Music Scoring

4 comments:

  1. eh, emang segitunya pisan gitu?
    ncan nonton ey urang

    ReplyDelete
  2. yaa kurang rame siii ad.
    mana nontonnya d btc yg sepi sendiri aku benci.
    hihih.
    garing mah endingnya ajaa.

    ReplyDelete
  3. adrian kamu ganteng.tulisannya bagus ky presiden.
    *buat bahan sombong :D
    kt aisa loh itu tulisan km ky calon presiden.
    hahahah

    ReplyDelete
  4. wah tapi sy ga percaya dibilang ganteng. makanya sekarang ga ada kaca lagi di kamar saya. =))

    ReplyDelete

komentar kalian sangat membantu untuk mengkoreksi kesalahan yang ada dalam tulisan sebelumnya. atau juga bisa jadi bahan kesombongan saya kalau-kalau komentarnya berisi pujian. hahaha.
thank you, anyway. :D